Sabtu, 07 April 2012

TANYAKANLAH SEBERAPA BESAR KEMAUAN SEORANG PEMIMPIN HEBAT

  Indonesia bisa untuk lepas dari belenggu kerisauan ,tabir kemunafikan, dan dinding besar yang sering orang sebut sebagai “negara berkembang”. Jugde itu dilontarkan oleh negara adidaya yang mana tanpa rasa penolakan ataupun rasa penyesalan diterima oleh masyarakat indonesia itu sendiri lalu diterima dengan suka cita. Maju ataupun berkembang itu hanyalah segetintir ucapan yang tidak mendasar, mendasar pada apa negara maju itu? Ekonomi? Apa sumber daya manusia ? ! sudah lama indonesia larut dalam suka cita . 1946 Indonesia berdiri tegap menantang semua problematika itu. 1966 Pemuda/i Indonesia berani berteriak lantang.
 "Ambeg Parama-Arta" 15 mei 1963 kata REVOLUSI muncul ,terdengar menggelegar dan mulai akrab di langkah bangsa ini. Apa negara ini bisa? Mari kita sejenak mengenang sejarah, belajar dan mernegosiasi dengan dunia pemikiran kita. Adakah Lenin ketika dia mendirikan negara Soviet Rusia merdeka telah mempunyai Dnepprprostoff, dan yang maha besar di sungai Dneppr? Apa ia telah mempunyai radio station yang menyundul ke angkasa? Apa ia telah mempunyai kereta-kereta api cukup untuk meliputi seluruh negara Rusia? Apakah tiap-tiap orang Rusia pada waktu Lenin mendirikan Soviet-Rusia merdeka telah dapat membaca dan menulis? Tidak, Tuan-tuan yang terhormat! (Soekarno, Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945) .
Miris rupanya sejak 1945 – 2012 ini kita hanya duduk menerima ejekan sebagai negara berkembang. Kemerdekaan hanyalah diperdapat dan dimiliki oleh bangsa yang jiwanya berkobar-kobar dengan tekad 'Merdeka, merdeka atau mati'! itu ucap beliau. Waktu itu umur saya 24. Saya bergerak di barisan paling depan, waktu serbuan itu dilakukan. Ternyata kami unggul. Tanggal 7 Oktober pukul 10.30 resmi tentara Jepang yang ada di Kotabaru itu menyerah. Mereka mengibarkan bendera putih. Senjata-senjata dan kendaraan mereka pindah ke tangan kita. Ratusan karaben dan sejumlah senapan mesin kami rampas. Senjata rampasan tersebut terus diangkut ke Markas Pemuda di Benteng, depan Gedung Agung, dulu namanya Benteng Kompeni Vredeburg. Tidak sedikit pemuda kita menjadi korban akibat tembakan peluru tentara Jepang, yang gugur 21 orang (Soeharto ) .
kutipan kalimat itu mendasari betapa kemauan seorang dapat merubah segalanya. “INDONESIA HARUS PUNYA KEMAUAN “. Reformasi itu pijakan menentukan tujuan utama negara dan itulah tugas generasi sekarang. Mau terombang ambing seperti bui di lautan dengan kerasnya deru angin serunya deru gelombang itu tantangan lalu itu pijakan kedua. Maka jadilah bui yang selalu berangkai terombang tetapi selalu bersama dengan tidak kehilangan kearifan lokal yang diturunkan pemikir besar bangsa ini. 

By Syakuf Raik

1 komentar:

  1. Saya jadi bertanya-tanya, Seberapa Besar Kemauan ISMA (Pengurus & Anggota, tapi Terutama Pengurus tentunya ya??) untuk mewujudkan sebuah kutipan di 'Tentang ISMA' berikut:
    Kepengurusan ISMA masa bakti 2012-2013 menitikberatkan pada PENGABDIAN MASYARAKAT, PENGEMBANGAN KREATIFITAS dan PRIBUMISASI TRADISI PESANTREN.Dengan jargon RESPONSIF dan REAKTIF diharapkan seluruh santri mampu membaca isu/wacana yang berkembang di pesantren dan masyarakat sekaligus memberi solusi dalam rangka rekayasa sosial. Jargon tersebut sangat diharapkan memberi kesadaran kepada santri bahwa mereka adalah agent of change bla..bla..dst

    BalasHapus