Tentang ISMA

ISMA merupakan satu-satunya organisasi yang resmi berada di bawah naungan Ponpes. Aji Mahasiswa al-Muhsin. Terbentuk dari segenap santri yang berada di Pesantren Aji Mahasiswa al-Muhsin yang berasal dari berbagai lembaga pendidikan di Yogyakarta.  Keberadaanya menjadi center dalam pengembangan keorganisasian ala pesantren, pengabdian kemasyarakatan dan wadah penyaluran bakat dan kreatifitas.

Sepanjang bentangan sejarah berdirinya Ponpes Aji Mahasiwa Al-Muhsin -atau sering disebut AMJ- berdirinya ISMA merupakan nota kesepahaman antara 2 paguyuban besar sebelumnya, yaitu Corps Dakwah al-Muhsin (CDM) dan Keluarga Santri al-Muhsin (KSM).   Munculnya ISMAsebagai jalan tengah adanya konflik internal antara KSM dan CDM dalam wilayah gerak, yang awalnya CDM berada pada tataran dakwah praksis dan KSM memobilisir seluruh santri yang kesemua anggotanya adalah santri..  maka untuk menghilangkan konflik interest tersebut keorganisasian dalam pesantren Aji Mahasiswa al-Muhsin didekonstruksi.  Walhasil muncullah ISMA berdasarkan hitam di atas putih atas prakarsa Ketua CDM sdr. Yahya pada tahun 2004.

Selanjutnya nama ISMA menjadi resmi- CDM dan KSM dibubarkan- pada MUBES 2005 dengan ketua terplih Bakhtiar Ahmadi, masa bakti 2005-2006. Berturut-turut digantikan Zaky Fakhrudin (2006-2007), Bayu (2007-2008), Ahmad Mujtaba (2008-2009), Imam Wahyudi (2009-2010) dan Muhammad Ridho Dinata (2010-2012), Muha Fadlullah (2011-2012) dan saat ini kepengurusan ISMA masa bakti 2012-2013 dipercayakan kepada sdr. Abdurrohaman Azzuhdi (kang Zuhdi).

Kepengurusan ISMA masa bakti 2012-2013 menitikberatkan pada pengabdian masyrakat, pengembangan kreatifitas dan pribumisasi tradisi pesantren.  Dengan jargon RESPONSIF dan REAKTIF diharapkan seluruh santri mampu membaca isu/wacana yang berkembang di pesantren dan masyarakat sekaligus memberi solusi dalam rangka rekayasa sosial. Jargon tersebut sangat diharapkan memberi kesadaran kepada santri bahwa mereka adalah agent of change (agen perubahan) di tempat mereka tinggal kelak.  Lewat jargon itu pula santri bisa belajar banyak dan banyak belajar sebelum mereka benar-benar turun di masyarakat sebagai Pemimpin, Pengajar dan Pengusaha.